Kana Berita | Banda Aceh - Ziya Harimurti, mahasiswa asal Kluet Selatan yang kini menempuh pendidikan di Fakultas Kelautan dan Perikanan USK, menggugat keberadaan organisasi daerah yang seharusnya menjadi wadah perjuangan dan forum silaturahmi antar mahasiswa Kluet Selatan: IMPAKS (Ikatan Mahasiswa Pelajar Kluet Selatan). "organisasi ini bukan sekadar nama, bukan sekadar papan nama di media sosial, melainkan rumah besar yang semestinya hidup, bergerak, dan berdenyut bersama keresahan serta gagasan mahasiswa" ungkap ziya pada awak media.
Namun apa yang terlihat hari ini? IMPAKS justru seperti jasad tanpa ruh—vakum, hilang, dan tak lagi terdengar gaungnya. Padahal, mahasiswa di perantauan memerlukan ruang pengikat, tempat bertukar gagasan, dan panggung untuk menyuarakan kepentingan daerahnya. Jika IMPAKS mati suri, lalu siapa yang akan menjembatani intelektualitas mahasiswa dengan pembangunan sosial masyarakat Kluet Selatan?
Kita harus berani mengatakan bahwa kematian organisasi bukan semata karena kondisi, tapi karena kemauan. Jika pengurus lebih sibuk dengan urusan pribadi, lupa bahwa ada tanggung jawab kolektif, maka organisasi hanya menjadi lambang kosong. Sementara itu, generasi muda yang haus akan ruang aktualisasi justru kehilangan tempat.
“bagaimana roda organisasi berjalan?” adalah tamparan keras bagi kita semua. Mahasiswa Kluet Selatan harus segera melakukan evaluasi total: adakan musyawarah, hidupkan kembali dinamika kaderisasi, dan jangan biarkan IMPAKS menjadi cerita masa lalu yang hanya tinggal nama"
Organisasi adalah alat perjuangan. Bila IMPAKS mati, maka mati pula salah satu denyut nadi perjuangan mahasiswa Kluet Selatan di tanah perantauan. Organisasi adalah alat perjuangan.(Rivaldi)